Monday, November 11, 2013

Pola Kehidupan Menetap

- 1 comments
      ZonaNgelmu.Kehidupan masyarakat pra aksara terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakatnya. Ternyata, pola kehidupan semi nomaden tidak menguntungkan karena setiap manusia masih harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di samping itu, setiap orang harus membangun tempat tinggal, meskipun hanya untuk sementara waktu. Dengan demikian, pola kehidupan semi nomaden dapat dikatakan kurang efektif dan efisien. Oleh karena itu, muncul gagasan untuk mengembangkan pola kehidupan yang menetap. Itulah, konsep dasar yang mendasari perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara.

      Pola kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan atau kelebihan, di antaranya: 
  • setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang lebih baik untuk waktu yang lebih lama; 
  • setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus membawa peralatan hidup dari satu tempat ke tempat lain; 
  • para wanita dan anak-anak dapat tinggal lebih lama di rumah dan tidak akan merepotkan;
  • wanita dan anak-anak sangat merepotkan, apabila mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain; 
  • mereka dapat menyimpan sisa-sisa makanan dengan lebih baik dan aman; 
  • mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah pemenuhan kebutuhan, terutama apabila cuaca sedang tidak baik;
  • mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga, sekaligus menghasilkan   kebudayaan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya; 
  • mereka mulai mengenal sistem astronomi untuk kepentingan bercocok tanam; 
  • mereka mulai mengenal sistem kepercayaan. 


     Dilihat dari aspek geografis, masyarakat pra aksara cenderung untuk hidup di daerah lembah atau sekitar sungai dari pada di daerah pegunungan. Kecenderungan itu didasarkan pada beberapa kenyataan, seperti:
  • memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat menguntungkan bagi kepentingan bercocok tanam; 
  • memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia; 
  • lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain yang lebih mudah; 
[Continue reading...]

Pola Kehidupan Semi Nomaden

- 0 comments
     ZonaNgelmu.Terbatasnya, kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menuntut setiap manusia untuk merubah pola kehidupannya. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara mulai merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi nomaden. Kehidupan semi nomaden adalah pola kehidupan yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa mereka sudah mulai mengenal cara-cara mengolah bahan makanan. 

     Pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: 
          • mereka masih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain; 
          • mereka masih bergantung pada alam; 
          • mereka mulai mengenal cara-cara mengolah bahan makanan; 
          • mereka telah memiliki tempat tinggal sementara; 
          • di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu, 
            mereka mulai menanam berbagai jenis tanaman; 
         • sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke tempat lain, 
           mereka terlebih dahulu menanam berbagai jenis tanaman dan mereka 
           akan kembali ke tempat itu, ketika musin panen tiba; 
        • peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan dengan peralatan hidup masyarakat nomaden;
        • di samping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga terbuat dari tulang sehingga lebih tajam

     Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat lebih baik dari pada masyarakat nomaden. Jumlah anggota kelompok semakin bertambah besar dan tidak hanya terbatas pada keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan di antara mereka mulai dikembangkan. Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam mengembangkan kehidupan yang harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai. Nilai-nilai kehidupan, seperti gotong royong, saling membantu, saling mencintai sesama manusia, saling menghargai dan mengjormati telah berkembang pada masyarakat pra aksara. 

     Pada zaman ini, masyarakat diperkirakan telah memelihara anjing. Pada waktu itu, anjing merupakan binatang yang dapat membantu manusia dalam berburu binatang. Di Sulawesi Selatan, di dalam sebuah goa ditemukan sisa-sisa gigi anjing oleh Sarasin bersaudara. 
[Continue reading...]

Pola Kehidupan Nomaden

- 0 comments
     Nomaden artinya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kehidupan masyarakat pra aksara sangat bergantung kepada alam. Bahkan, kehidupan mereka tak ubahnya seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang disediakan alam. Apa yang mereka makan adalah bahan makanan apa yang disediakan alam. Buah-buahan, umbi- umbian, atau dedaunan yang mereka makan tinggal memetik dari pepohonan atau menggali dari tanah. Mereka tidak pernah menanam atau mengolah pertanian. 

     Apabila mereka ingin makan ikan, maka mereka tinggal menangkap ikan di sungai, waduk, atau tempat-tempat lain, di mana ikan dapat hidup. Apabila mereka ingin makan daging, maka mereka tinggal berburu untuk menangkap binatang buruannya. Adapun cara menangkap ikan atau binatang buruannya, tentu berbeda dengan yang kita lakukan sekarang. Mereka tidak pernah memelihara ikan atau binatang ternak lainnya. 

     Berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka masa kehidupan masyarakat pra aksara sering disebut sebagai ‘masa mengumpulkan bahan makanan dan berburu’. Jika bahan makanan yang akan dikumpulkan telah habis, mereka kemudian berpindah ke tempat lain yang banyak menyediakan bahan makanan. Di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah untuk menangkap binatang buruannya. Kehidupan semacam itu berlangsung dalam waktu yang lama dan berlangsung secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka tidak pernah memikirkan rumah sebagai tempat tinggal yang tetap. 

     Mereka tinggal di alam terbuka seperti hutan, di bawah pohon, di tepi sungai, di gunung, di gua, dan di lembah-lembah. Pada waktu itu, lingkungan alam belum stabil dan masih liar atau ganas. Oleh karena itu, setiap orang harus berhati-hati terhadap setiap ancaman yang dapat muncul secara tiba-tiba. Ancaman yang paling membahayakan adalah binatang buas. merupakan musuh utama manusia dalam hidup dan kehidupannya.

     Berkaitan dengan kehidupan yang kurang aman, maka untuk menuju ke suatu tempat, mereka biasanya mereka mem  memilih jalan dengan menelusuri sungai. Perjalanan melalui sungai dipandang lebih mudah dan aman dari pada melalui daratan (hutan) yang sangat berbahaya. Sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi, akhirnya timbul pemikiran untuk membuat rakit-rakit sebagai alat transportasi. Bahkan dalam perkembangannya, masyarakat pra aksara mampu membuat perahu sebagai sarana transportasi melalui sungai. 

     Pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal kehidupan berkelompok. Jumlah anggota dari setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Bahkan, untuk mempermudah hidup dan kehidupannya, mereka telah mampu membuat alat-alat perlengkapan dari batu dan kayu, meskipun bentuknya masih sangat kasar dan sederhana. Ciri-ciri kehidupan masyarakat nomaden adalah sebagai berikut: 

        • selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, 
        • sangat bergantung pada alam, 
        • belum mengolah bahan makanan, 
        • hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan berburu, 
        • belum memiliki tempat tinggal yang tetap, 
        • peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari batu atau kayu

     Lama kelamaan, masyarakat pra aksara menyadari bahwa makanan yang disediakan oleh alam sangat terbatas dan akhirnya akan habis. Oleh karena itu, cara hidup yang sangat bergantung pada alam harus diperbaiki. Caranya adalah dengan menanami lahan-lahan yang akan ditinggalkan agar dapat menyediakan bahan makanan yang lebih banyak pada waktu yang akan datang. Di samping itu, para wanita dan anak kecil tidak harus selalu ikut berpindah untuk mengumpulkan bahan makanan atau berburu binatang.
[Continue reading...]

Pola Kehidupan Masyarakat Pra Aksara

- 1 comments
     Masyarakat pra aksara adalah gambaran tentang kehidupan manusia-manusia pada masa lampau, di mana mereka belum mengenal tulisan sebagai cirinya. Kehidupan masyarakat pra aksara dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu: (1) kehidupan nomaden, (2) kehidupan semi nomaden, dan (3) kehidupan menetap. Meskipun demikian, pola kehidupan masyarakat pra aksara tidak dapat dijadikan dasar pembagian zaman. Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan pembagian zaman, maka masyarakat pra aksara hidup pada zaman batu dan zaman logam. 

     Secara garis besar, pembagian zaman pra aksara dapat dibedakan sebagai berikut:

Pembagian Zaman Pra Aksara 
Menurut H.R. Van Heekeren



     Pembagian zaman praaksara di atas, dapat dijadikan dasar dalam menentukan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia. Dengan demikian, kalian dapat belajar berpikir kritis. Misalnya, untuk mendukung pendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa Melayu, kalian harus memiliki argumen yang kuat, logis, dan objektif. 

     Terlepas dari mana asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia dan kapan mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia, kita harus percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan tahun sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan mereka mengalami perkembangan yang teratur seperti bangsa- bangsa di belahan dunia lain. Tahapan perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara di Indonesia adalah sebagai berikut, klik link berikut untuk penjelasan secara lanjut :


Sekian dari ZonaNgelmu semoga bermanfaat dan tambah rajin belajarnya agar bisa meneruskan perjuangan bangsa. selamat hari pahlawan !!
[Continue reading...]

Sunday, November 10, 2013

Kehidupan Pada Masa Pra Aksara di Indonesia

- 0 comments
     Masyarakat Indonesia berasal dari Yunan, yaitu suatu daerah yang terletak di Myanmar (Birma). Pada waktu berpindah dari Yunan ke Indonesia, mereka belum mengenal tulisan. Oleh karena itu, mereka disebut masyarakat pra aksara. Tujuan perpindahan mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka hidup secara nomaden, yaitu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tempat-tempat yang menjadi tujuan mereka adalah tempat yang menghasilkan bahan makanan. Salah satu tempat yang menjadi tujuan mereka adalah Indonesia. Untuk mencapai Indonesia tidak terlalu sulit karena pada waktu mereka berpindah, wilayah Indonesia masih menyatu dengan daratan Asia. Hal ini dibuktikan dengan persamaan fauna (binatang) yang hidup di Indonesia dan daratan Asia.

     Ketika sampai di Indonesia, mereka masih hidup secara nomaden. Lama kelamaan, kehidupan mereka mengalami kemajuan. Mereka mulai mengenal sistem bercocok tanam. Untuk keperluan bercocok tanam, mereka mulai menetap sementara. Setelah selesai bercocok tanam, mereka berpindah ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di tempat yang baru, mereka akan bercocok tanam dan hidup menetap sementara. Akhirnya, mereka akan kembali ke tempat semula apabila musim panen telah tiba. Kehidupan ini dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai masyarakat semi nomaden. 

      Kehidupan mereka terus berkembang dan akhirnya mereka mulai hidup menetap di suatu tempat. Untuk mempertahankan hidupnya, mereka tidak semata-mata bergantung kepada apa yang disediakan alam. Mereka mulai mengenal sistem pertanian dengan menanam berbagai jenis tanaman dan mulai memelihara ternak. Di samping itu, mereka mulai hidup secara bersama sehingga terbentuklah masyarakat pra sejarah. Mereka saling membantu dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Misalnya, untuk menangkap binatang buruan, mereka lakukan secara bersama- sama. 

     Untuk memudahkan cara memenuhi kebutuhan, masyarakat pra aksara mulai mengenal dan membuat peralatan. Alat-alat itu terbuat dari batu, tulang, kayu, atau logam. Alat-alat tersebut ada yang sangat kasar, agak halus, dan sangat halus bentuknya. Di samping itu, ada yang bulat, pipih, runcing, kecil, dan besar. Bentuk dan jenis alat-alat itu sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hidupnya. Sisa-sisa peralatan yang terbuat dari tulang dan kayu, umumnya telah membatu (menjadi batu) atau sering disebut fosil. Sisa-sisa peninggalan ini disebut sebagai hasil kebudayaan fisik (materi).      

     Masyarakat pra aksara sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memiliki roh atau jiwa. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Aliran kepercayaan ini disebut sebagai kebudayaan rohani.


A.  ASAL USUL NENEK MOYANG

    Berikut adalah asal usul nenk moyang menurut Para ahli yang memiliki pendapat yang beragam dengan berbagai argumen atau alasannya, seperti : 

1. Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa-bahasa yang digunakan di daerah-daerah tersebut berasal dari satu akar bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai daerah-daerah tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, nama- nama binatang dan alat-alat perang. 

2. Van Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak atau peninggalan kebudayaan yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan peninggalan- peninggalan kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia. 

3. Prof. Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil-fosil dan artefak- artefak manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak. Di samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Manusia purba mungkin telah tinggal di Indonesia, sebelum terjadi gelombang perpindahan bangsa-bangsa dari Yunan dan Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya, apakah nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia purba? 

Kehidupan Pada Masa Pra Aksara di Indonesia
Kerangka Manusia Pithecanthropus Pithecanthropus adalah manusia kera yang berdiri tegak dari Trinil. Fosil ini ditemukan oleh Eugene Dobuis pada tahun 1890.

4. Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatera. Banga ini bercampur dengan bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM. 


Bertitik tolak dari pendapat-pendapat di atas, terdapat hal-hal yang menarik tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

Pertama, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan dan Campa. Argumen ini merujuk pada pendapat Moh. Ali dan Kern bahwa sekitar tahun 3000 SM – 1500 SM terjadi gelombang perpindahan bangsa-bangsa di Yunan dan Campa sebagai akibat desakan bangsa lain dari Asia Tengah yang lebih kuat. Argumen ini diperkuat dengan adanya persamaan bahasa, nama binatang, dan nama peralatan yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia.  

Kedua, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Argumen ini merujuk pada pendapat Mohammad Yamin yang didukung dengan penemuan fosil-fosil dan artefak-artefak manusia tertua di wilayah Indonesia dalam jumlah yang banyak. Sementara, fosil dan artefak manusia tertua jarang  ditemukan di daratan Asia. Sinanthropus Pekinensis yang ditemukan di Cina dan diperkirakan sezaman dengan Pithecantropus Erectus dari Indonesia, merupakan satu-satunya penemuan fosil manusia tertua di daratan Asia. 

Ketiga, masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia termasuk rumpun bangsa Melayu. Oleh karena itu, bangsa Melayu ditempatkan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Argumen ini merujuk pada pendapat Hogen. Bangsa Melayu yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 

           1. Bangsa Proto Melayu 

   Bangsa ini memasuki wilayah Indonesia melalui 2 (dua) jalan, yaitu:

a. Jalan barat dari Semenanjung Malaka ke Sumatera dan selanjutnya menyebar ke beberapa daerah di Indonesia. 
b. Jalan timur dari Semenanjung Malaka ke Filipina dan Minahasa, serta selanjutnya menyebar ke beberapa daerah di Indonesia.  

Kehidupan Pada Masa Pra Aksara di Indonesia
Peta rute perpindahan nenek moyang bangsa Indonesia
   Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi dari kebudayaan Homo Sapiens di Indonesia. Kebuadayaan mereka adalah kebudayaan batu muda (neolitikum). Hasil- hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik sekali (halus).

   Kapak persegi merupakan hasil kebudayaan bangsa Proto Melayu yang masuk ke Indonesia melalui jalan barat dan kapak lonjong melalui jalan timur. Keturunan bangsa Proto Melayu yang masih hidup hingga sekarang, di antaranya adalah suku bangsa Dayak, Toraja, Batak, Papua. 

       2. Bangsa Deutro Melayu 

   Sejak tahun 500 SM, bangsa Deutro Melayu memasuki wilayah Indonesia secara bergelombang melalui jalan barat. Kebudayaan bangsa Deitro Melayu lebih tinggi dari kebudayaan bangsa Proto Melayu. Hasil kebudayaan mereka terbuat dari logam (perunggu dan besi). Kebuadayaan mereka sering disebut kebudayaan Don Song, yaitu suatu nama kebudayaan di daerah Tonkin yang memiliki kesamaan dengan kebudayaan bangsa Deutro Melayu. Daerah Tonkin diperkirakan merupakan tempat asal bangsa Deutro Melayu, sebelum menyebar ke wilayah Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang penting di Indonesia adalah kapak corong atau kapak sepatu, nekara, dan bejana perunggu. Keturunan bangsa Deutro Melayu yang masih hidup hingga sekarang, di antaranya suku bangsa Melayu, Batak, Minang, Jawa, Bugis.

Sekian dari zonangelmu semoga posting Kehidupan Pada Masa Pra Aksara di Indonesia ini bermanfaat bagi kita semua.
[Continue reading...]
 
Copyright © | Zona Ngelmu IPS
Powered by Blogger